Sabtu, 06 Juni 2009

Cooperative Learning

Cooperative learning adalah suatu kegiatan belajar di mana siswa membentuk kelompok kecil dan mengajari satu sama lain (Santrock, 2008). Kelompok yang dibentuk mungkin terdiri dari sepasang (2 orang), atau mungkin terdiri 4 orang atau lebih tergantung dari ukuran kelas. Apa yang didiskusikan siswa dengan teman-temannya dan apa yang diajarkan siswa kepada teman-temannya memungkinkan siswa untuk memperoleh pemahaman dan penguasaan materi pelajaran. Selain itu, cooperative learning dapat meningkatkan interdepedensi (ketergantungan) siswa. Bahasa umumnya, bisa bikin siswa jadi makin akrab.

Sebagian pakar (Silberman, 1996/2006) percaya bahwa sebuah mata pelajaran baru benar-benar dikuasai ketika siswa mampu mengajarkannya kepada orang lain. Cooperative learning memberi siswa kesempatan untuk mempelajari sesuatu dengan baik, dan sekaligus menjadi narasumber bagi siswa lain.

Salah satu bentuk cooperative learning yang sering digunakan adalah presentasi per kelompok. Kelas dibentuk kelompok (4-6 orang), lalu diberikan materi yang berbeda-beda. Kelompok diberi waktu untuk menguasai materi. Setelah itu, tiap kelompok diberikan kesempatan untuk mempresentasikan apa yang dipelajari di hadapan siswa-siswa lain.

Whew… Bicara soal presentasi, jujur saja, berdasarkan pengalaman saya, presentasi yang dilakukan oleh para siswa jauh lebih-lebih membosankan dan lebih membingungkan daripada apa yang dipresentasikan oleh guru atau dosen (termasuk saya juga lho). Mengapa? Entahlah, mungkin dari faktor budaya pengajaran Indonesia yang memang menuntut siswa lebih banyak mendengarkan daripada berbicara. Jadi, saat siswa diminta presentasi, hasilnya kurang memuaskan. Siswa sering tegang, grogi, atau banyak membaca slide layaknya orang berpidato (mending pidatonya berapi-api, tapi ini mah datar-datar saja) sehingga kurang menarik… Hehe, bukan curhat colongan oy…

Namun, bukan berarti, saya mengatakan pembelajaran dengan presentasi adalah buruk. TIDAK SAMA SEKALI. Justru, ini dapat melatih oral communication skil siswa. Oleh karena itu, penting bagi guru atau dosen untuk terus memberikan feedback kepada anak didiknya, baik dari segi materinya maupun cara mereka dalam membawakan materi, sehingga presentasi siswa dapat menjadi pengajaran yang efektif.

Gambar adalah foto saya saat presentasi di kelas Psikologi Sosial 2.

Referensi:
Santrock, J. W. (2008). Educational psychology (3rd ed.). New York: McGraw-Hill.

Silberman, M. L. (2006). Active learning: 101 cara belajar siswa aktif (edisi revisi) (R. Muttaqien, Penerj.). Bandung: Nusamedia. (Karya asli diterbitkan tahun 1996).