Pada metode pembelajaran ini, siswa diminta untuk membentuk pengetahuan secara mandiri. Guru berusaha memotivasi siswa untuk memiliki pengalaman dengan melakukan eksperimen yang membolehkan mereka untuk menemukan prinsip bagi diri mereka sendiri.
Pembelajaran ini paling efektif diterapkan pada pelajaran ilmu pengetahuan alam (IPA). Bentuk aktivitas pembelajaran ini, yaitu dengan melakukan percobaan-percobaan (eksperimen) yang mungkin bisa dilakukan di laboratorium. Selanjutnya, guru meminta siswa untuk menerangkan hasil percobaan yang ditemui. Nantinya, siswa diharapkan dapat memahami apa yang terjadi setelah melakukan percobaan.
Discovery learning memiliki banyak keuntungan. Salah satunya, dengan cara belajar ini, siswa dapat meningkatkan keingintahuannya, dan termotivasi untuk terus bekerja sampai mereka menemukan jawaban atas pertanyaan mereka. Siswa juga cenderung lebih mengerti jika mampu melihat dan melakukan sesuatu daripada hanya mendengarkan ceramah.
Bagaimana agar siswa dapat belajar independen atau mandiri? Jawaban yang paling tepat dari sudut pandang discovery learning adalah membiarkan siswa mengikuti minat alamiah (natural interest) dalam meraih kompetensinya dan memuaskan rasa ingin tahunya. Guru hanya perlu mendorong siswa untuk menyelesaikan masalah secara mandiri atau dalam kelompok daripada mengajarkan mereka langsung jawabannya.
Sudut pandang pembelajaran ini menyebutkan bahwa belajar seharusnya fleksibel dan penuh eksplorasi. Jika siswa terlihat kesulitan dengan konsep, berikan mereka waktu untuk mencoba menyelesaikan masalah sendiri sebelum menyediakan solusi.
Akan tetapi, discovery learning tidak dapat digunakan di sekolah-sekolah secara “murni”. Jika dilakukan secara “murni”, maka artinya siswa hanya dituntut untuk belajar sendiri dan tidak ada instruksi dari guru. Peran guru tetaplah diperlukan, terutama untuk mengoreksi pemahaman siswa yang salah dalam melakukan percobaan.
Saran bagi guru jika menerapkan pengajaran dengan pendekatan discovery learning:
1. Menyemangati siswa dengan memberikan pertanyaan yang mengarah pada materi ajar
2. Menggunakan berbagai macam variasi dan permainan
3. Membiarkan siswa memuaskan rasa ingin tahu walaupun mereka menemukan ide-ide yang tidak berhubungan langsung dengan pelajaran
Gambar diambil dari http://www.permai.or.id/images/sma/kecil/SMA%20Permai_KBM_04.jpg
Referensi:
Santrock, J. W. (2008). Educational psychology (3rd ed.). New York: McGraw-Hill.
Slavin, R. E. (1997). Educational psychology: Theory and practice (5th ed.). Boston: Allyn & Bacon.